Sabtu, 19 Maret 2011

Cara Mencegah Karies

Cukup Kumur Fluor untuk Cegah Karies
Sudah tahu sakit gigi itu benar-benar sakit, tetapi masih ada saja yang malas merawat giginya. Gigi dan kesehatan mulut yang tidak terjaga tidak hanya mengganggu kesehatan dan performa seseorang, tetapi juga orang lain di sekitar pemilik gigi dan mulut itu karena bau tak sedap yang dipancarkan.

Merawat gigi gampang dilakukan siapa saja, asalkan memiliki kesadaran. Menyikat gigi sedikitnya dua kali sehari, sebelum tidur dan setelah sarapan pagi. "Kalau bisa demikian, maka cukup enam bulan sekali kontrol ke dokter gigi untuk mengecek kondisi gigi dan kesehatan mulut," ujar pakar pencegahan karies gigi Prof drg Monang Panjaitan (59) yang terus giat berkampanye soal kesehatan gigi di mana-mana, terutama di Kota Medan sendiri.

Yang dimaksud Panjaitan dengan gigi sehat adalah yang tak ada kariesnya, tak ada gejala penyakit periodental, serta rapi bersusun ke-32 butirnya. Karies disebabkan oleh plak akibat adanya aktivitas bakteri pada gigi yang tak dibersihkan. Penyakit periodental dikarenakan kesehatan mulut yang tak terjaga, sementara gigi yang tak rapi bisa karena bawaan atau perawatan yang salah. Tetapi, semua itu dapat diproteksi sebelum kejadian atau diotak-atik oleh dokter gigi bila sudah ketelanjuran.
"Hanya dalam hitungan 3-4 menit bakteri Streptococcus mutans atau Lactobasilus akan memetabolismekan karbohidrat yang menempel di gigi dan menghasilkan asam. Asam inilah yang sifatnya merusak email gigi serta jaringan pendukungnya sehingga terjadi karies," ujar Panjaitan yang beberapa kali menjadi juara Bintang Radio se-Sumut pada era 1970-an untuk lagu seriosa. Menurut Panjaitan, tujuh dari sepuluh orang Indonesia mengidap sakit gigi jenis ini dengan berbagai tingkat kerusakan.
Maka tidak heran guru besar tetap ilmu dental public health pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara ini terus berkampanye kesehatan gigi. Pidato pengukuhannya sebagai guru besar USU tahun 1999 adalah Pencegahan Karies Gigi Dengan Kumur-Kumur Fluor Dalam Program Usaha Kesehatan Gigi Di Sekolah.

ADA tiga cara memelihara kesehatan gigi. "Selain dengan menyikat gigi, cara lain adalah meminum teh hijau atau jenis teh lain karena mengandung fluor dan polifenol yang baik untuk gigi, ataupun dengan mengonsumsi xilitol," ujar pencipta lagu himne Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) ini.
Fluor seperti banyak didengungkan dalam iklan pasta gigi di televisi dapat menghambat pertumbuhan bahkan merusak mikroorganisme seperti Streptococcus mutans atau Lactobasilus yang merusak gigi. Mikroorganisme itu mensintesis sukrosa yang tersisa di gigi menjadi dekstran yang bersifat adesif sehingga melekat pada permukaan gigi dan membentuk plak. Mikroorganisme dalam plak akan memfermentasi berbagai jenis karbohidrat yang melekat di gigi membentuk asam hingga pH mulut turun dan terjadi proses dekalsifikasi.
Dekalsifikasi adalah melarutnya email oleh asam yang dihasilkan mikroorganisme plak. Reaksi pelarutan tersebut bisa berhenti bila tak ada asam yang dihasilkan atau berkurangnya mineral dalam saliva (air ludah). Bila seseorang banyak mengonsumsi makanan mengandung karbohidrat, maka mikroorganisme secara berulang akan menghasilkan asam tersebut.
Pemberian fluor pada gigi juga dapat dilakukan dengan cara berkumur-kumur. "Dengan cara itu, fluor tidak melekat secara stabil pada permukaan email sehingga dengan mudah dicapai dan diserap mikroorganisme plak. Hal ini dapat mengganggu metabolisme mikroorganisme tersebut," ungkap Panjaitan.
Karies gigi sering menyerang pada usia sekitar 35 tahun. Oleh sebab itu, Panjaitan menyarankan agar dari usia dini langkah proteksi dimulai sehingga pada usia produktif tak akan dipusingkan persoalan sakit gigi.
"Penggunaan fluor dapat dijadikan program peningkatan kesehatan gigi anak-anak sekolah dasar. Metode kumur-kumur fluor mudah diajarkan karena waktu yang diperlukan sedikit, material juga sedikit dan murah, serta perawatan yang teratur tidak akan mengganggu pelajaran sekolah. Ini yang selalu saya kampanyekan," jelas Panjaitan bersungguh-sungguh.
Bahan yang dapat dipakai dalam program ini adalah 2 gram natrium fluorida, 8 gram natrium fluorida fosfat, atau 8 gram stannum fluorida yang masing-masing dilarutkan dalam 1 liter air. Setiap kali berkumur dengan salah satu larutan kimia itu si anak memerlukan 10 cc larutan, dan kegiatan ini dapat dilakukan sekali seminggu, 20 kali setahun.

"KITA juga dapat mengonsumsi xilitol untuk menjaga kesehatan gigi. Berbeda dari sukrosa, xilitol juga berasa manis namun tidak dapat difermentasi bakteri," jelas Panjaitan.
Ia menyebutkan, sejumlah negara di Eropa sudah menjadikan xilitol sebagai pemanis dalam permen karet. Ia juga berpendapat, alangkah baiknya bila di Indonesia langkah yang sama juga dilakukan untuk mencegah rusaknya gigi anak-anak karena terlalu banyak mengunyah permen.
"Yang harus dipikirkan sekarang bagaimana cara memperoleh xilitol dengan harga murah. Xilitol dapat diekstrak dari jagung atau buah stroberi yang harganya relatif mahal. Saya juga sedang meneliti pengaruh xilitol dalam mencegah karies gigi," ujar Panjaitan.
Merawat gigi menurut Panjaitan tak perlu menunggu seseorang dewasa. Sejak gigi susu mulai tumbuh, orangtua seharusnya bertanggung jawab membersihkan gigi bayi mereka, karena si anak belum mampu melakukannya sendiri. Alat yang digunakan gampang saja yaitu kain kasa atau yang lain dengan permukaan yang kasar.
Setelah dibasuh dengan air hangat, gunakan kain itu untuk menghapus sisa susu atau makanan lain yang melekat di gigi si anak. Dengan cara demikian, gigi susu si anak akan tetap terjaga tampilan dan kesehatannya. Selain tak akan merasa sakit gigi, siapa tahu dengan giginya yang susunannya rapi, bersih, dan terawat si anak bisa menjadi bintang iklan pasta gigi. Ting! (CTS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar